A. Tujuan
Para pendidik mampu memahami
berbagai teori belajar sehingga bisa di aplikasikan dalam model pembelajaran di
dalam kelas.
B. Indikator Pencapaian
Kompetensi
1. Mengidentifikas berbagai
teori belajar
2. Menyebutkan berbagai teori
belajar
3. Menjelaskan berbagai teori
belajar
4. Membandingkan berbagai
teori belajar
C. Uraian Materi
Simaklah
materi berikut dengan seksama. Berdoalah sebelum beraktivitas agar di mudahkan dalam pemahaman, cobalah untuk menambah bacaan materi melalui
referensi yang lain.
1. Teori
Belajar Behavioristik
Teori
belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini
lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah
pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar.
Gambar
6. Proses Pembiasaan
Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behavioris
menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi
otomatis.Teori behavioris dalam belajar telah dikenal sejak Aristoteles
mengemukakan bahwa ‘ingatan’ selalu difokuskan pada keterkaitan yang dibuat
antara berbagai kejadian, misalnya cahaya dan petir. Pelopor teoiri behavioris
yang terkenal adalah Pavlov, Watson.Thorndike, dan Skinner.
Pavlov
(1849-1936) seorang ahli fisiolog (ilmu faal) dari Rusia, mengemukakan teori
ini berdasarkan percobaannya yang terkenal dengan melibatkan makanan, anjing,
dan bel. Sebelum dikondisikan, bunyi bel tidak memberikan respon dari seekor
anjing. Setelah diberi makanan, anjing itu mulai mengeluarkan air liur. Dalam
pengkondisian, bel dibunyikan beberapa detik sebelum anjing diberi makanan.
Setelah pengkondisian terdapat perubahan perilaku: anjing itu dapat
mengeluarkan air liur bila mendengar bel berbunyi. Pavlov menggunakan hipotesis
stimulus (rangsang) - respon (tanggapan). Makanan merupakan stimulus yang tidak
dikondisikan sedangkan bel merupakan stimulus yang dikondisikan. Mengeluarkan
air liur sebelum mendengar bel merupakan respon yang tidak dipelajari,
sedangkan mengeluarkan air liur setelah mendengar bel merupakan respon
(terhadap bel) sebagai hasil pembelajaran.
Thorndike (1874-1949)
mengemukakan hubungan sebah akibat antara stimulus dan respon. Hubungan ini
dikenal dengan hukum akibat latihan, dan kesiapan.
Hukum akibat
menyatakan bahwa ketika stimulus dan respon dihargai secara positif (diberi
hadiah) akan terjadi penguatan dalam belajar. Sebaliknya bila hubungan ini
dihargai negatif (diberi hukuman) akan terjadi penurunan dalam motivasi
belajar. Hukum latihan mengatakan bahwa pelatihan yang berulang-ulang tanpa
pemberian balikan (feedback) belum tentu memotivasi kinerja seseorang. Kemudian
hukum kesiapan menyatakan struktur sistem saraf seseorang dapat mempunyai
kecenderungan tertentu dalam perubahan pola perilaku tertentu. Menurut Watson
(1878-1958): seseorang dilahirkan dengan beberapa reflek serta reaksi emosional
terhadap cinta dan kegusaran. Perilaku lainnya dapat dibangun melalui hubungan
stimulus-respon dalam pengkondisian.
Skinner
(1904-1940), seperti Pavlov, “Thorndike, dan Watson, meyakini pola hubungan
stimulus-respon. Tetapi berbeda dengan para pendahulunya, teori Skinner
menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan
kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Oleh karena
itu, para pendahulunya dikatakan sebagai mengunakan kondisi klasikal, sedangkan
Skinner menggunakan kondisi operasional atau perilaku sukarela yang digunakan
dalam suatu lingkungan tertentu. Kondisi operasional ini meliputi:
a. Penguatan
positif atau penghargaan, tanggapan yang dihargai akan cenderung diulangi
(nilai tinggi membuat seseorang belajar lebih giat).
b. Penguatan
negatif, tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk meloloskari diri
dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan diulangi (memungkinkan
pemberian alasan untuk terlambat mengerjakan pekerjaan rumah akan membuat
seseorang tidak tepat waktu menyampaikan pekerjaan rumah yang lainnya).
c. Pemadaman
atau tanpa penghargaan, tanggapan yang tidak diberi penguatan cenderung tidak
akan diulangi (mengabaikan alasan untuk terlambat ke sekolah, akan membuat
seorang peserta didik jera datang terlambat.
Gambar 7. Hubungan Stimulus
& Respon
Hukuman,
tanggapan yang diberi konsekuensi yang tidak menyenangkan atau menyakitkan akan
membuat seseorang merasa tertekan. Tetapi perilakunya akan muncul kembali bila
aturannya berubah (menghukum peserta didik yang mengganggu peserta didik lain
akan menghentikan tindakan mengganggu tersebut).
Eksperimen
B. F. Skinner (1933) yang hasilnya dipublikasikan dengan judul Behavior
Organism (Woolfolk dalam Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni), 2007, menyatakan
sebagai berikut:
a.
Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar,
misalnya menekankan kepada kerja sama, dan kompetisi antar kelompok individu.
Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan ruang baca
yang nyaman dan enak serta menarik dan lain sebagainya.
b. Membantu
siswa mengatasi secara bebas dan sukses pada situasi-situasi yang mencemaskan
atau menekan, misalnya: mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkan siswa
lain cara memahami materi pelajaran. Atau membuat tahap jangka pendek untuk
mencapai tujuan jangka panjang, misalnya dengan memberikan tes harian,
mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang dipelajari dengan baik.
c. Membantu
siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi sehingga
mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya,
meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sekolah yang lebih
tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan
tes-tes akademik lainnya yang pernah mereka lakukan.
Ringkasan
dari teori behaviorisme yang dikemukakan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skinner
sebagai berikut:
a.
Menekankan perhatian pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah
seseorang diberi perlakuan,
b. Perilaku
dapat dikuatkan atau dihentikan melalui ganjaran atau hukuman,
c.
Pengajaran direncanakan dengan menyusun tujuan instruksional yang dapat diukur
atau diamati,
d. Guru
tidak perlu mengetahui apa yang telah dipahami dan apa yang terjadi pada proses
berpikir seseorang.
Implikasi
dari teori behavioris dalam pendidikan sangat mendalam. Guru menulis tujuan
instruksional dalam persiapan mengajar, yang kemudian akan diukur pada akhir
pembelajaran. Guru tidak memperhatikan hal-hal apa yang telah diketahui peserta
didik, atau apa yang peserta didik pikirkan selama proses pengajaran
berlangsung. Guru mengatur strategi dengan memberikan ganjaran (berupa nilai
tinggi atau pujian) dan hukuman (nilai rendah atau hukuman lain). Guru lebih
menekankan pada apa yang harus dikerjakan peserta didik bukan pada pemahaman
peserta didik terhadap sesuatu.
Teori
belajar behaviorisme ini telah lama dianut oleh para guru dan pendidik, namun
dari semua pendukung teori ini, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya
terhadap perkembangan teori belajar Behaviorisme. Program-program pembelajaran
seperti Teaching Machine, pembelajaran berprogram, modul dan program-program
pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta
mementingkan faktor-faktor penguat merupakan program-program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan oleh Skinner.
2. Teori
Belajar Kognitivisme
Kognitivisme
muncul sebagai tanggapan terhadap teori behaviorisme, manusia tidak
"diprogram sebagai binatang", itu hanya menanggapi rangsangan
lingkungan; manusia adalah makhluk rasional yang membutuhkan partisipasi aktif
untuk belajar, dan yang tindakan-tindakannya adalah konsekuensi berpikir.
Kognitivisme
berfokus pada aktivitas mental batin - membuka "kotak hitam" dari
pikiran manusia yang berharga dan diperlukan untuk memahami bagaimana orang
belajar. Proses mental seperti berpikir, memori, tahu, dan pemecahan masalah
perlu dieksplorasi. Pengetahuan dapat dilihat sebagai skema atau simbolis
konstruksi mental. Belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam skema
pembelajar.
Gambar 8: Chomsky’s LAD
Beberapa tokoh yang
mengembangkan teori kognitivisme:
a. Attribution Theory (Weiner)
Weiner
mengembangkan sebuah kerangka teoretis yang telah menjadi sangat berpengaruh
dalam psikologi sosial hari ini. Teori atribusi mengasumsikan bahwa orang
mencoba untuk menentukan mengapa orang melakukan apa yang mereka lakukan, yaitu
menafsirkan menyebabkan untuk suatu peristiwa atau perilaku.
b. Teori
Pemrosesan Informasi (Robert Gagne)
Asumsi yang
mendasari teori ini adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara
kondisi-kondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi
internal, yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai
hasil belajar dan proses kognitif,sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan
dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran.
c. Teori
Elaborasi (Reigeluth)
Pergeseran
paradigma dari guru-sentris instruksi ke instruksi yang berpusat pada peserta
didik telah menimbulkan "kebutuhan baru cara-cara urutan instruksi"
(Reigeluth, 1999).
Charles
Reigeluth dari Indiana University mengemukakan Teori Elaborasi, sebuah model
desain instruksional yang bertujuan untuk membantu memilih dan urutan konten
dalam cara yang akan mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pendukung
merasa penggunaan motivator, analogi, ringkasan dan sintesis mengarah pada
pembelajaran yang efektif. Sementara teori yang tidak efektif terutama konten,
memang ditujukan untuk menengah ke kompleks jenis kognitif dan psikomotorik
belajar.
d. Teori Belajar Gestalt
Gestalt
berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau
konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa
tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Menurut Gestalt anak dipandang sebagai suatu keseluruhan, yakni suatu organisme
yang dinamis, yang senantiasa dalam keadaan berintekrasi dengan dunia
sekitarnya untuk mencapai tujuan-tujuannya. Interaksi di sini dimaksudkan bahwa
anak selalu menerima
stimulus
(respons) dari luar dirinya. Stimulus tersebut tidak diterimanya begitu saja,
melainkan ia melakukan seleksi sesuai dengan tujuannya, setelah itu mereka
bereaksi terhadap stimulus-stimulus itu dengan cara mengolahnya.
e. Tahap
Teori Perkembangan Kognitif (Piaget)
Ahli Biologi
dan psikolog Swiss, Jean Piaget (1896-1980) mengamati anak-anak (dan proses
pembuatannya mereka memahami dunia di sekitar mereka) dan akhirnya
mengembangkan empat tahap model bagaimana proses pikiran informasi baru
dijumpai. Dia mengemukakan bahwa kemajuan anak-anak melalui empat tahap dan
bahwa mereka semua melakukannya dalam urutan yang sama. Keempat tahapan ini
adalah:
1)
Sensorimotor stage( Birth to 2 years old ).‘Tahap sensorimotor( lahir sampai 2
tahun )’. Bayi membangun pemahaman tentang dirinya sendiri dan realitas (dan
bagaimana segala sesuatu bekerja) melalui interaksi dengan lingkungan.
2)
Preoperational stage ( ages 2 to 4 ).‘Tahapan (berusia 2 sampai 4)’. Anak belum
mampu memahami konsep abstrak dan membutuhkan situasi fisik yang konkret. Objek
diklasifikasikan dalam cara-cara sederhana, terutama dengan fitur-fitur
penting.
3) Concrete
operations ( ages 7 to 11 ). ‘Operasi konkret (usia 7 hingga 11)’. Seperti
pengalaman fisik terakumulasi, akomodasi meningkat. Si anak mulai berpikir
secara abstrak dan konsep, menciptakan struktur logis yang menjelaskannya
pengalaman fisik.
4) Formal
operations ( beginning at ages 11 to 15 ).‘Operasi formal (mulai pada usia
11-15)’. Kognisi mencapai bentuk akhirnya. Pada tahap ini, orang tidak lagi
memerlukan objek konkret untuk membuat penilaian rasional. Dia mampu melakukan
penalaran deduktif dan hipotetis. Dia mampu untuk berpikir abstrak yang sangat
mirip dengan orang dewasa.
Implikasi
teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1) Bahasa
dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak.
2) Anak-anak
akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru
harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3) Bahan
yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4) Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5) Di dalam
kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.
f. Noam
Chomsky merupakan tokoh innatist atau lebih yang dikenal dengan kognitivist
dengan LAD sebagai ide besarnya, bahwa anak terlahir memiliki perangkat
kemampuan berbahasa Language Acquisition Device yang bersifat universal
sehingga juga dikenal istilah Universal Grammar.
g. Stephen Krashen, seperti
Chomsky merupakan tokoh innatist yang mengembang lima hipotesis pembelajaran
berbahasa meliputi:
1) Hipotesa
Pemerolehan dan pembelajaran bahasa (acquisition/Learning Hypothesis) –
acquisition adalah proses bawah sadar atau “subconscious” seperti pada proses
penguasaan bahasa ibu;sedangkan learning merupakan proses“conscious” atau sadar
seperti pada proses mempelajari pengetahuan tentang aturan berbahasa.
2) Hepotesa
Monitor atau Monitor Hypothesis – pembelajaran memiliki fungsi sebagai monitor
atau penyaring yang memungkinkan kita menghasilkan berbagai penyesuaian bahasa
sebagai hasil dari pemerolehan atau acquisition.
3) Hipotesa
Aturan Alamaiah atau The Natural Order Hypothesis – pemerolehan bahasa asing
sama halnya dengan pemerolehan bahasa pertama mengikuti kaidah yang alamiah.
Penyimpangan berbahasa bukanlah kesalahan melainkan perkembangan proses
pembelajaran.
4) Hipotesa
input atau The Input Hypothesis – pemerolehan terjadi bila ada input yang
bermakna yang memadai, “comprehensible input” (i + 1).
5) Hipotesa
Filter afektif atau The Affective Filter Hypothesis – pemerolehan bahasa
dipengaruhi oleh faktor-faktor afektif atau perasaan. Rasa cemas; percaya diri
dan motivasi bisa menaikan filter afektif.
3. Teori Belajar
Konstruksivisme
Pandangan
konstruktivistik berakar pada teori belajar Piaget. Piaget mengemukakan bahwa
setiap organisme menyusun pengetahuan dengan jalan menciptakan struktur mental
(struktur kognisi) dan menerapkannya dalam pengalaman. Yang diutamakan dalam
teori belajar ini adalah perilaku mental, pengetahuan, berpikir kritis, dan
intelegensi.
Perbandingan
Teori Belajar Konstruktivistik Dengan Teori Belajar Behavioristik
Pandangan
Konstruktivistik dan behavioristik tentang belajar dan pembelajaran nampak pada
tabel perbandingan berikut:
Karena
ketiga teori belajar tersebut mempunyai kekuatan/kelebihan dan kelemahan
masing-masing, maka pemahaman dan penggunaan ketiganya secara tepat akan
membuat pembelajaran yang dilakukan oleh guru kepada siswa akan lebih efektif.
Ketiga teori belajar tersebut bisa saling melengkapi.
Lembar Kerja 1 Diskusi Kelompok
1. Menurut kelompok Saudara teori pembelajaran manakah yang
masih relevan, dalam menghadapi tuntutan jaman dan perkembangan teknologi saat
ini? Jelaskan penerapannya dalam pembelajaran Bahasa Inggris di kelas.
2. Sampaikan pendapat kelompok
Saudara bagaimana konstribusi teori-teori pembelajaran di atas dalam penguatan
karakter luhur bangsa?
LK 2
Diskusi
Bekerjalah secara berpasangan untuk mendiskusikan jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Perlu diingat perbedaan argumen
merupakan hal biasa namun harus dikaji dan diuji agar bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
1) Apa perbedaan dan persamaan teori Behaviorisme;
Kognitivisme; dan Konstruktivisme?
2) Jelaskan implikasi masing-masing tiga teori belajar di
atas dalam pembelajaran bahasa berikut contoh penerapannya dalam pembelajaran
Bahasa Inggris!
3) Dalam pembelajaran bahasa dikenal istilah learning dan
aquisition, apa berbedaan keduanya?
4) Saat pembelajaran di sebuah kelas,
bapak guru meminta Ishaan menginterpretasi sebuah puisi. Jawaban Ishaan
dianggap salah. Seorang siswa lain menjawab sesuai intepretasi yang sudah
didiktekan dan jawaban itu diterima.
Teori pembelajaran apakah yang sedang diterapkan oleh guru?
Apakah kelebihan dan kelemahannya?
5) Dalam kegiatan belajar mengajar, Ibu Meta memperhatikan
perilaku peserta didik yang tampak, hasil tes, juga faktor lingkungan psikologi
para siswanya. Proses pembelajaran dan penugasan dibuat untuk melatih proses
berpikir, pemecahan masalah dan kesadaran. Bu Meta memberikan latihan-latihan
tugas menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pokok bahasan. Teori
pembelajaran apakah yang diterapkan oleh Bu Meta? Apa kelebihan dan
kelemahannya?
6) Bagaimana strategi Saudara dalam mendisiplinkan siswa agar
tidak terlambat datang, menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan jujur dalam
mengerjakan tes?
7) Carilah satu masalah pembelajaran di kelas yang pernah
dialami. Teori pembelajaran apakah yang sesuai untuk mengatasi masalah
tersebut? Nilai karakter apa yang terdapat dalam proses penyelasaian masalah
itu?
Summary
Pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada
penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas mimetic, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah
dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi
pelajaran menekankan pada ketrampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan
kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada
buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.
Secara ringkas teori behaviorisme yang dikemukakan oleh para
ahli di atas dapat disempulkan bahwa:
1. Belajar adalah perubahan tingkah laku
2. Tingkah laku tersebut harus dapat diamati
3. Mengikuti pentingnya masukan atau input yang berupa
stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon.
4. Fungsi mind atau fikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah.
5. Pembiasaan dan latihan menjadi esensial dalam belajar.
6. Apa yang terjadi antara stimulus dan respon dianggap tidak
penting diperhatikan karena tidak dapat diamati.
7. Yang dapat diamati hanyalah stimulus respon.
8. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikatagorikan sebagai kegagalan yang perlu dihukum
9. Aplikasi teori ini menuntut siswa untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis atau tes.
Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian
keseluruhan.Pembelajaran dan evalusi menekan pada hasil, dan evaluasi menuntut
jawaban yang benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan belajaranya.
10. Proses belajar sangat bergantung kepada faktor yang
berada di luar dirinya, sehingga ia memerlukan stimulus dari pengajarnya.
11. Hasil belajar banyak ditentukan oleh proses peniruan,
pengulangan dan penguatan (reinforcement).
12. Belajar harus melalui tahap-tahap tertentu, sedikit demi
sedikit, yang mudah mendahului yang lebih sulit.
Teori belajar kognitivisme cocok dipakai untuk pembelajaran
bahasa asing, khususnya teori perkembangan kognitif (Piaget), perhatikan
hal-hal berikut:
1. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa.
Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berpikir anak.
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan
lingkungan sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru
tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temannya.
Menurut konstruktivisme, pembelajar (learner,
orang yang sedang belajar) akan membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan
apa yang sudah diketahuinya. Karena itu belajar tentang dan mempelajari sesuatu
itu tidak dapat diwakilkan dan tidak dapat “diborongkan” kepada orang lain.
Siswa sendiri harus proaktif mencari dan menemukan pengetahuan itu, dan mengalami
sendiri proses belajar dengan mencari dan menemukan itu. Di sini diperlukan
pemahaman guru tentang “apa yang sudah diketahui pembelajar”, atau apa yang
disebut pengetahuan awal (prior knowledge), sehingga guru bisa tepat
menyajikan bahan pengajaran yang pas: Jangan memberikan bahan yang sudah
diketahui siswa, jangan memberikan bahan yang terlalu jauh bisa dijangkau oleh
siswa. Tugas guru adalah memfasilitasi proses belajar dengan cara-cara yang
menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa.
Daftar
Pustaka
Cruickshank, D.R. 1987. Reflective Teaching: The
Preparation of Students of Teaching. United States of Amerika: Association
of Teacher Educators.
Ella Yulaelawati. 2007. Kurikulum dan pembelajaran (Filosofi,
Teori, dan Aplikasi). Pakar Jaya. Jakarta.
Team, Material Development. Jakarta: Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan. Materi Pelatihan Implementasi Kurikulum Jenjang
SMA/SMK Tahun 2015. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan 2015, hlm. 19-20
H. Sudiyono, dkk. Strategi Pembelajaran Partisipasi di
Perguruan Tinggi. UIN Malang Press, 2006 ,hlm, 43 –
THANK FOR HAVE READ THIS ARTICLE 😊
teaching is continuous learning
BalasHapus